Pages

Kamis, 21 November 2013

Etika Penggunaan Media Cetak dan Elektronika




السلام عليكم ورحمة الله وبر كاته
الحمدلله القائل: ان جاءكم فاسق بنباء فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهلة،  الصلاة والسلام على مركز الدائرة النبوة، وعلى اله واصحا به ومن تبع هداه  (اما بعد)

 

Hadirin yang kami hormati

Era Gelobalisasi ini merupakan “The Big Bank of  Information“, era menjamurnya berbagai media komunikasi dan informasi. Konsekuensinya pada satu sisi melahirkan nilai-nilai positif (nilai- nilai plus). Namun di sisi lain, over loading informasi melahirkan desease of adaftation, penerimaan terhadap unsur- unsur asing tanpa mempertimbangkan baik ataupun buruknya. Ketika orang barat judi masyarakat kita terlena dengan gapleh dan remi. Ketika orang barat terlena dengan minum-minuman keras masyarakat kita terjerumus ke dalam budaya mabuk-mabukan, tenggak Wisky, Brandy, Sampagne, Bluogne, Martine, Vodka, AO, Mensen, KTI, Bir, bahkan yang paling besar dan mendasar penyakit adaptasi ini telah menjerumuskan umat  manusia menuju virtual reality  (realitas  khayalan), akibatnya muncul berbagai krisis, mulai krisis figur, krisis spiritualitas, krisis kepemimpinan, bahkan terjadi krisis identitas manusia.
Ini  hadirin, sebagian kecil kenyataan yang kita hadapi, akibat penggunan media media cetak dan elektronik yang tidak etik. Oleh karena itu, Etika Penggunaan Media Cetak dan Elektronik adalah tema syarhil yang akan kami uraikan pada kesempatan ini. Dengan landasan firman Allah yang terukir indah dalam  mozaik  al-Qur’an surah al-Hujarat [49] : 6
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang  fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Hadirin dan hadirot yang kami hormati
                Menurut Ilmu Ma’ani, ayat tersebut merupakan jumlah insyaiyah,  maksudnya mengandung suatu intruksi. Sedangkan sababunnuzul ayat tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Attabrani yang bersumber dari Jabir bin Abdillah, Alaqomah bin Najla dan Ummu Salamah, berkenaan dengan kebohongan yang disampaikan Alwalid bin Utbah kepada Rasulullah Saw., ketika Rasulullah hampir terprovokasi melakukan tindakan destruksi maka turun teguran:
ان جاءكم فاسق بنباء فتبينوا
        Jika datang seorang fasik membawa berita kepadamu maka bertabayunlah!. Tabayun, menurut Imam Ali Assobuni dalam Sofwat at-Tafasir, maksudnya                                                                 فنثبتوا من صحة الخبر  , sedangkan dalam ilmu komunikasi, tabayun adalah melakukan ”investigasi reporty”,  melakukan chek and richek atau memilah dan memilih terhadap setiap informasi yang kita terima.
            Dengan kata lain,  ayat  tersebut mengisyaratkan kepada saya, saudara dan kita semua,  agar di era globalisasi informasi dan di era informasi global ini,  kita melakukan filterisasi terhadap setiap tayangan yang masuk, menusuk dan merasuk ke rumah kita masing-masing, betul ? 
Hidup jangan ibarat pucuk bambu, kemana angin berhembus kesana ia mengarah. Angin ke timur ikut ke timur,  angin  ke  barat  ikut  ke  barat. Orang barat merayakan valentine, ikut merayakan valentine. Orang barat mengkonsumsi narkoba ikut mabuk-mabukan. Orang barat gaul bebas ikut kumpul kebo, free seks, samenlaven. Orang barat main judi, eeeh… ikut main gapleh, remi, domino, kasino, jisong, mahyong, forty-one, kiu-kiu. Nauzubillah Min Dzalik. 
                Namun sikap kita hadirin harus laksana ikan hidup di laut, airnya asin tapi ikan tidak terbawa asin. Artinya tidak mudah tergusur dan tergeser oleh  tayangan-tayangan barat. Tuntunan tetap jadi tuntunan, tontonan tetap jadi tontonan. Sebagaimana surah Ali-Imran [3] : 196-197, Allah mengingatkan kita semua:
لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبلادِ، مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Janganlah sekali-kali kau tertipu oleh kegiatan orang kafir di dalam negeri (196) (Itu hanyalah) kesenangan sementara, Kemudian kediamannya neraka jahanam. Seburuk-buruknya tempat baringan.

Hadirin rahimakumullah
Itulah peringatan Allah agar kita selalu selektif dalam berbagai hal. Kita perhatikan! Pada ayat tersebut terdapat kalimat, لايغرنك, janganlah kau sekali-kali tertipu. Secara tekstual menurut  Imam ‘Ali Ashabuni  dalam Shafwatut Tafasir:
اى لايخدعك ايهاالسامع تنقل الذين كـفروا فىالبلاد  طلبا لكسب الا موال والجاه والرتب
Janganlah  kamu  tertipu  wahai  pendengar   sekalian  oleh kebebasan orang-oarang kafir di alam buana ini , dalam rangka mencari kekayaan, pangkat dan jabatan.
Sedangkan secara kontektual, kita jangan tertipu oleh kebebasan orang-orang kafir dalam segala urusan  termasuk masalah  politik, sosial, budaya dan aspek-aspek  kehidupan lainnya. Sebab menurut Rasulullah
اذا عظمت امتى الدنيا نزعت منها هيبة الاسلام
Apabila umatku telah terlalu mengagungkan (tertipu) oleh masalah keduniaan maka akan dicabut darinya kehebatan Islam. (HR.Turmudzi).
Hadirin, sebab kalau iman tidak melekat, taqwa tidak jadi ajimat penyelamat, niscaya akan terlena oleh pelukan maksiat, terpedaya oleh nafsu syahwat, maka Allah akan mengadzab  dan melaknat,  di dunia dan akhirat.
Sebagai contoh, ketika Allah haramkan khamar tapi manusia terlena dengan budaya mabuk-mabukan ala barat, maka muncul penyakit psycotropic subtance, satu penyakit yang bisa merusak jiwa dan mental manusia. Ketika Allah haramkan zina tapi manusia malah gaul bebas ala Hollywood, maka muncul penyakit AIDS, satu penyakit yang bisa mematikan manusia secara perlahan dan mengerikan.  Bahkan Rasul bersabda:
اذا ظهرالزنى والربى فى قرية فقد احلوا لانفسهم عذاب الله
            Jika Perbuatan Zina dan Riba telah bebas pada suatu negara, maka seolah-olah telah menghalalkan bagi diri dan bangsanya diturunkan adzab Allah Swt.
           Oleh karena itu, Di kala gempa tiba, banjir mampir, angin puting beliung bergabung, Tsunami menjadi-jadi bahkan baru-baru ini longsor terus nyosor, menelan korban ratusan orang  masyarakat kita. Sebagai orang beriman, kita yakin ini disebabkan karena bangsa kita masih dililit kemunkaran, kemaksiatan, dan kebobrokan akhlak bangsa lainnya yang timbul akibat tayangan media elektronik yang tidak etik.  Padahal  Syauki dalam gubahan syairnya mengatakan :
انما لآمم لخلاق مآبقيت فان هموا ذهبت اخلاقهم ذهبوا
            Sesungguhnya Bangsa-bangsa akan jaya, Bangsa- bangsa akan maju  jika ditopang dengan aklakul karimah. Tapi suatu  bangsa  bisa hancur tersungkur, rusak binasa jika tidak ditopang dengan akhlakul yang mulia.
                Oleh karena itu, dalam menghadapi era globalisasi  informasi dan komunikasi ini kita bukan hanya dituntut mencetak orang-orang pintar,  teknokrat-teknokrat brilian,  politikus  cerdas  tapi kita pun dituntut untuk mencetak orang-orang bener, pribadi-pribadi sholeh serta individu-individu berbudi luhur serta berakhlakul karimah. Bagaimana caranya? Sebagai jawabannya, tanamkan agama, tancapkan aqidah, ukir kecintaan kepada Allah dan rasulnya sejak dini,  masukan anak-anak kita ke TK/TPA, bimbing ke pesantren, aktifkan di majlis-majlis ta’lim. Kelak ia dewasa Insyaallah anak kita pandai memilah dan memilih antara hak dan yang bathil. Jaman boleh berubah tapi aqidah tidak goyah , sepatu boleh jenggel tapi aqidah tetap tebel.  Amin Ya Rabbal’alamin.
                Inilah yang dipertegas oleh Rasulullah dalam sabdanya:
ادبوا أولادكم بثلاث خصال: حب نبيّكم حب قرأةالقرآن وحب لأهل بيته      
   Tanamkan sejak dini, kepada anak-anak kita: Cinta kepada Rasulullah, cinta kepada al-Qur’an dan cinta kepada ahli keluarganya.
     Apabila sikap ini yang kita wujudkan, maka menjamin keberkahan bagi bangsa kita. Sebagaiamana terangkai dalam al-Qur’an, surah: al-A’raf [7]: 96
 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekiranya  penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, tentulah kami bukakan baginya (pintu) rahmat dari langit dan bumi tapi mereka mendustakan (kebenaran), lalu kami azab mereka karena perbuatannya

Hadirin dan hadirot yang kami hormati.
            Dengan berakhirnya firman Allah tersebut, uraian ini dapat disimpulkan, bahwa untuk pengguna dan penerima media komunikasi baik elektronik maupun media cetak kita harus tabayun terhadap setiap informasi yang kita terima dan yang kita tayangkan, kita harus berpegang teguh terhadap tali agama Allah  dan sunnah rasulallah dan kita harus konsisten mempertahankan tali agama Allah walau sampai tetes darah penghabisan.  Semoga Allah Swt memberikan keteguhan iman dan taqwa bagi kita semua. Amin.
والسلام عليكم ورحمة الله وبر كاته

Manusia Sebagai Insan Pembelajar




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله الذى علم بالقلم،  علم الانسان مالم يعلم، الصلاة والسلام على خير الانام، وعلى آله وصحبه الكرام (امابعد)

Hadirin sebangsa setanah air yang kami  hormati!
Mourice Bucaile, seorang cendikiawan Francis dalam bukunya La Bibble La Qoran et la Science, mengatakan bahwa Islam adalah agama yang relevan dengan ilmiah modern. Tapi agama lain memandang, ilmiah modern merupakan hambatan, tantangan bahkan ancaman serius terhadap agamanya. Konsekwensinya, kaum cerdik-cendikia harus dikucilkan, disingkirkan, bahkan bila perlu harus dibunuh dengan cara keji dan menyeramkan. Dan ini dibuktikan oleh sejarah, mulai dari nasib naas yang dialami Nicolas Copernicus, Giordano Bruno, Galileo Galilei, sampai nasib malang yang dialami Michael Servet. Mereka mati dibunuh oleh kekejaman dan kebiadaban doktrin-doktrin penguasa Gereja.
Namun menurut Bucaile, tidak satu pun doktrin ajaran Islam yang melarang umatnya mengembangkan ilmu pengetahuan, tapi justru sebaliknya Islam memotivasi agar umat manusia memperluas wawasan, memperdalam ilmu pengetahuan, dan mengembangkan teknologi guna tercipta insan paripurna, berdimensi penguasaan science and tecnology. Guna memperjelas permasalahan ini, Manusia Sebagai Insan Pembelajar adalah adalah tema yang akan kita bicarakan pada kesempatan ini, dengan landasan surat al-Alaq [96]: 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ      خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ      اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ     الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ      عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ  
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (1)Menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah! Tuhanmulah yang Maha Pemurah!(3) Yang mengajar dengan kalam (4) Mengajar manusia apa yang mereka tidak tahu (5)

Hadirin Rahimakumullah
Menurut riwayat Sayidatina Fathimah r.a., wahyu pertama tersebut, diawali dengan shigat Amar yang diulang sampai tiga kali, “iqra, iqra, iqra”.
 Kenapa diulang? Syaikh Mustafa al-Maraghi dalam Tafsirnya menjelaskan:
 لان القرائة لاتكسمهاالنفس الا بتكراروتعود على ماجرت به العادة
Membaca tidak akan merasuk ke dalam qalbu, meresap ke dalam ingatan, menghujam ke dalam sanubari, kecuali setelah diulang-ulang dan dibiasakan. Demikian menurut Syaikh Mustafa al-Maraghi dalam kitabnya, tafsir al-Maraghi. Pembiasaan membaca itulah hadirin, sebagai media يعلم مالم علم الإنسان  maksudnya:
 فنقلهم من ظلمة الجهل الي نورالعلم   
Mengeluarkan manusia dari gulita kebodohan menuju pelita kepintaran.  Begitulah penafsiran Imam Ali ash-Shabuni dalam Shafwat at-Tafasir
Apa yang harus kita baca? Jawabannya ayat-ayat Allah, baik ayat    قوليه maupun ayat  كونيه  alam buana ini. Perhatikanlah betapa banyak ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan agar kita memperhatikan, menggali, serta membuka tabir rahasia alam seperti dinyatakan dalam ungkapan:
افلا تعقلون،  افلاتبصرون،  افلا تعلمون
            Dengan motivasi pesan-pesan Illahi ini hadirin, Islam berhasil mencetak ilmuwan serta filosuf muslim ternama. Kita kenal Muhammad bin Musa al-Khwarizmi atau al-Gorismus-kata orang Eropa, penemu teori Aljabar, tokoh ilmu pasti terbesar se-dunia;  Kita kenal Al-Bairuni, penulis buku at-Tahqiq ma li al-Hindi, Sejarahwan terkenal dalam khazanah blantika cendikia; Kita kenal Ibnu Sina atau Avicena, pengarang kitab  Al-Qanun fi al-Thibbi, tokoh filsafat dan ahli kedokteran terkenal se dunia, dan masih banyak lagi ilmuwan muslim lainnya yang dicatat dengan tinta emas sepanjang sejarah peradaban manusia.
Namun sayang seribu sayang, kejayaan Islam ter-sebut, kini  hanya  tinggal kenangan, tinta emas sudah berubah menjadi tinta kelam. Sebab umat Islam saat ini termasuk umat Islam Indonesia merupakan umat ter-belakang terlemah, jauh tertinggal dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh umat dan bangsa-bangsa lain di dunia. Demikian disimpulkan oleh  Dr. Nurcholis Madjid. Secara rinci, Data Badan Statistik International melaporkan: Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang nota-bene mayoritas muslim terbesar sedunia, dalam 1 juta penduduk memiliki 65 pakar dan yang muslim cuma 6 orang, dampaknya:    كاد الفقر ان يكون كفرا Faqir ilmu maupun faqir harta akan membawa manusia kepada kekufuran.
Rendahnya ilmu pengetahuan di bidang teknologi, menyebabkan ketergantungan, kemiskinan dan bisa memicu munculnya berbagai kemunkaran. Seperti main judi, remi, domino, kasino, jisong, mahyong, gapleh, 41, kiu-kiu. Bahkan tidak mustahil akibat himpitan ekonomi tidak sedikit gadis-gadis kita yang jadi kupu-kupu malam. Na’udzubillahi min dzalik. Kenapa hal ini terjadi? Ini salah satunya disebabkan karena tidak basthatan fi al-‘Ilmi. (Betul!)
Oleh karena itu, melalui momentum pertemuan yang mulia ini, saya menghimbau terutama kepada para pemuda, para santri, dan para pelajar seluruh Indonesia, mulai  saat ini kita berkewajiban untuk mengembalikan kejayaan Islam yang pernah diraih. Dengan apa? Jawabannya dengan membaca, membaca dan membaca. Baca alam luas membentang dengan teknologi, baca lautan dengan oseonografi, baca bintang-gemintang dengan astronomi, baca masyara-kat dengan sosiologi, baca pribadi manusia dengan psikologi. Semakin bagus kualitas dan kuantitas membaca suatu bangsa, maka semakin tinggi ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Demikian diungkapkan Isma’il Raj’i al-Faruqi, direktur lembaga pengkajian Islam internasional.
Jika sikap ini yang kita tumbuh kembangkan, maka kita yakin Indonesia akan sanggup bersaing, sejajar bahkan mengalahkan bangsa-bangsa lain di dunia, hingga kita dibedakan dari negara-negara terbelakang.
Inilah yang diisyaratkan Allah dalam penggalan Surat az-Zumar [39]: 9
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألباب
Katakanlah, “Samakah orang yang berilmu, dan orang yang tiada berilmu? Hanyalah orang yang berfikiran yang menerima peringatan.
            Hadirin, ayat tersebut diawali dengan rangkaian istifham  yang terangkai pada kalimat:
 هل يستوى الذين يعلمون والذين لايعلمون 
Dr. Muhammad Sulaiman al- Asqari dalam kitab Jubdat at-Tafsir min Fath al-Qadir, menjelaskan bahwa maksudnya اى العلماء والجهال samakah antara orang berilmu dengan orang-orang bodoh? Jawabannya hadirin, tidak sama, Segenggam pasir sangat jauh berbeda berbeda de-ngan segenggam mutiara. Begitupun orang berilmu sangat jauh berbeda dengan orang-orang bodoh. Rasul  mengi-lustrasikan
فضل العالم على العابد كفضل القمرليلة البدرعلى سائرالكواكب
Keutamaan   orang    berilmu   dengan   orang   yang  papa pengetahuan laksana rembulan yang meredupkan jutaaan bahkan trilyunan kemilaunya bintang gemintang di angkasa luar.
Alhamdulillah hadirin, Pemerintah kita sampai detik ini sedang giat-giatnya memasyarakatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk menopang cita-cita tersebut dica-nangkan Wajib Belajar 9 Tahun. Untuk membantu pelajar yang kurang mampu, dianjurkan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh. Dan masih banyak lagi upaya Pemerintah dalam rangka memasyarakatkan Sains dan Teknologi. Langkah inilah yang harus kita dukung. Sebab, dengan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kekayaan alam yang kita miliki baik pertanian, hasil hutan, hasil laut, maupun hasil pertambangan tidak akan dieksploitasi oleh bangsa-bangsa lain, tapi kita sendiri yang akan menggali serta memanfaatkannya untuk kepentingan bangsa sendiri.
            Timbul pertanyaan, bagaimana sikap serta akhlak setelah menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi? Sebagai jawabannya kita renungkan firman Allah dalam penggalan ayat surat al-Mujadalah [58]: 11
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Niscaya Allah akan menaikan derajat orang yang beriman, dan yang  diberi pengetahuan di antara kamu. Dan Allah tahu benar apa yang kamu lakukan.
Hadirin Rahimakumullah
Menurut kajian ilmu Manthiq, Firman Allah tadi merupakan قضيّة شرطيه  atau proposisi yang hipotesis maksudnya,
يرفع المؤمن العالم فو ق المؤمن الذى ليس بعالم درجات
Orang mu’min yang berilmu akan diangkat derajat nya diatas orang mu’min yang tidak berilmu. Demikian penjelasan Imam ‘Ali Ashabuni dalam Shofwat at-Tafasir.
Sedangkan dirangkaikannya antara iman dan ilmu menandakan harus terdapat keseimbangan antara latif dan khabir, pikir dan dzikir, serta harus terdapat keseimbangan antara iman dan ilmu. Sebab, menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Wawasan al-Qur’an,  jika iman tanpa ilmu laksana pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri.
Manusia berilmu namun jauh nilai-nilai iman, niscaya hanya akan melahirkan manusia-manusia rakus, bebas, buas, beringas, ganas bahkan jauh lebih ganas dari binatang buas, sebab yang memotivasi dalam dirinya adalah sifat kebintangan. Essensinya “Survival of the fittes, kata Charles Darwin, yang kuatlah yang bisa bertahan. Konsekwensinya, di sini akan lahir Tsa’labah-Tsa’labah bergaya tupai, yang siap membantai, Qarun-Qarun bersiasat musang, siap menyerang, Namrudz-Namrudz berjurus tikus, siap me-ringkus, bahkan akan lahir Fir’aun-Fir’aun berair mata buaya, pandai berpura-pura, gayanya bak profesor padahal dia biangnya provokator, dan gayanya bak proklamator padahal biangnya koruptor. Na’udubillahi min Dzalik.
Oleh karena itu, di dalam mengisi pembangunan ini, ternyata kita bukan saja dituntut mencetak teknokrat-teknokrat brilian, politikus-politikus cerdas, tapi kita pun dituntut mencetak orang-orang benar, insan-insan beriman serta individu-individu berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Syauky dalam sya’irnya mengatakan:
انما الامم الاخلاق مابقيت   فان هموا ذهبت اخلاقهم ذهبوا
Sesungguhnya bangsa-bangsa akan jaya, bangsa-bangsa akan berdiri, bangsa-bangsa akan maju, jika ditopang dengan akhlak. Tapi  suatu bangsa akan hancur tersungkur, rusak binasa jika  bangsanya tidak berakhlak mulia.
Maka sebagai realisasainya, kita harus melakukan lima olah secara simultan, yakni: olah rasa supaya iman melekat, olah rasio supaya ilmu meningkat, olah raga supa-ya badan sehat, olah usaha supaya ekonomi meningkat, dan olah kecantikan supaya wajah tetap mengkilat.  Amin.
Hadirin, apabila sikap ini yang kita aplikasikan dalam kehidupan, Allah menjanjikan ampunan serta pahala yang besar. Sebagaimana dalam Surat al-Maidah[5]: 9
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
Allah telah berjanji kepada orang yang beriman dan bera-mal kebaikan, bagi mereka ampunan dan pahala berlimpahan.

Demikian hadirin, jika kita berilmu amaliah, beramal ilmiah, serta beriman bi-Tauhidullah merupakan amal shaleh yang dibalas Allah berupa ampunan serta pahala kebaikan, baik di dunia maupun kelak di akhirat. Amiin Yaa Robbal Alamin.
Dengan demikian dari uraian ini dapat disimpulkan, bahwa Manusia  menurut konsep Islam  merupakan insan pembelajar yang harus membaca ayat-ayat Allah. Oleh karena itu, Hiasi hidup dengan al-Qur’an agar terarah; Hiasi hidup dengan teknologi agar mudah; Dan hiasi hidup dengan cinta agar indah. Jika hal itu yang kita aplikasikan, semoga bangsa kita akan sanggup bersaing sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju. Harapan kita semoga Allah mengangkat derajat kita dan bangsa kita. Amin.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته