Pages

Kamis, 21 November 2013

Mendidik Generasi Berkeshalehan Sosial




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي جعل  امر الامه  فى ايد الشّباب والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ذوي الخير والألقاب.( أمابعد)

Hadirin wal hadirat, generasi muda harapan bangsa.
Tahun 1990 di Markas Besar PBB diadakan Konferensi terbesar yang dihadiri oleh para pembesar se dunia, termasuk Michael Gorbachev, Margharet Thatcher, George Bush dan pembesar dunia lainnya. Agenda yang mereka bahas adalah dunia anak-anak.
Kenapa mereka membahas dunia anak-anak? Bukankah industri, ekonomi, teknologi, senjata kimia dan masalah besar lainnya harus dibahas? Jawabannya hadirin, industri, ekonomi, teknologi,  dan senjata kimia berbahaya bila tidak diarahkan. Namun jauh lebih berbahaya bila anak-anak, remaja, dan para pemuda tidak dibina, dididik, dan tidak diisi dengan nilai-nilai agama, sebab young to day is leader tomorrow, pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin di masa mendatang.
Makmur dan hancurnya suatu negara ditentukan oleh para pemuda. Andai pemudanya shaleh, bangsa akan makmur. Andai pemudanya salah bangsa akan hancur tersungkur. Oleh karena itu, Mendidik Generasi Muda Berkesahalehan Sosial adalah topik syarh al-Qur'an yang akan kami uraikan pada kesempatan ini, dengan landasan surat at-Taubah [09] : 122
ماكان المؤمنون لينقروا كافة فلو لا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقّهوافى الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلّهم يحذرونن
Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu persgi semuanya  (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.



Hadirin, insan muda  yang kami hormati
Secara historis-sosilogis, menurut riwayat Ibnu Abi Hatim ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan sebagian kaum mu’minin dari kalangan Arab Badawi tidak ikut berperang,  tetapi lebih memilih mengajar kaumnya. Berkatalah kaum munafik: “Celakalah kaum itu karena tidak turut berjihad bersama rasulullah”.  Pada saat itu turunlah jawaban Allah sebagai legitimasi terhadap sikap Arab Badawi:
ليتفقّهوافى الدين اي ليعلموا ما انزل الله على نبيهم
Memperdalam tentang agama yakni agar sebagian di antara mereka tetap memperluas ilmu dan memperdalam pengetahuan terntang segala hal, yang diturunkan Allah kepada nabi-Nya. Demikian penafsiran Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Sedangkan tafaquh fi al-din secara filosofis adalah memperdalam semua ilmu Allah, baik ilmu berbasis efistimologis-antroposentris maupun ilmu yang berbasis efistemologis-theosentries. Sehingga kita tidak mempertentangna antara kitab dengan buku, ustadz dengan guru, madrasah dengan sekolah, maupun ilmu umum dengan ilmu agama. Semua ilmu dari Allah dan harus diorientasikan  untuk mencapai ma'rifatulloh.
Dengan konsep ini hadirin, isklam berhasil mencetak ilmuan serta filosuf muslim ternama. Kita kenal Muhammmad bin Musa al-Khuwarizmi, penemu teori al-Jabar, tokoh ilmu pasti terbesar sedunia; kita kenal Albiruni, sejarahwan terkemuka dalam khazanah belantika cendikia; kita kenal Ibnu Sina, tokoh pilsafat dan ahli kedokteran termashur sedunia; dan masih banyak ilmuwan serta filosof muslim lainnya yang dicatat dengan tinta emas sepanjang sejarah peradaban manusia.
Namun sayang seribu sayang, kejayaan islam tersebut kini nyaris tinggal kenangan, tinta emas sudah berubah menjadi tinta kelam. Sebab umat Islam hari ini, merupakan umat terbelakang dalam penguasaan ilmu dan jauh tertinggah oleh umat serta bangsa-bangsa lain di dunia. Dampaknya
        كاد الفقر ان يكون كفرا
  Faqir ilmu maupun faqir harta akan membawa manusia kepada kekufuran.
Muncul berbagai kejahatan, judi, remi, domino, kasino, jisong, mahyong, gapleh, foutyone, kiu-kiu. Bahkan tidak mustahil akibat himpitan ekonomi, gadis-gadis kita menjadi kupu-kupu malam.  Na'udzubillahi min dzalik.
Ini terjadi karena rendahnya ilmu pengetahuan. Pantas sayidina 'Ali Karromallohuwajhah dengan tegas berkata
حياة الفى والله بالعلم والتقى اذا لم يكن لاا عتبار لذاته
Demi Allah, eksisnya seorang pemuda adalah tergantung penguasaan ilmu dan taqwanya, jika rapuh ilmu dan lemah taqwanya maka dianggap tiada.
Alhamdulillah hadirin, dalam rangka membumikan keshalehan sosial di Jawa Barat ini, pemerintah kita sedang giat-giatnya meningkatkan dunia pendidikan. Sehingga setiap tahun, kita mampu megeluarkan ribuan lulusan SLTP, ribuan tamatan SLTA, bahkan ribuan jebolan perguruan tinggi.
Namun jujur kita akui, sebagian besar diantara mereka masih menyandang status pengangguran. Padahal di penghujung ayat tadi Allah mengingatkan
لينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلّهم يحذرونن
 Inilah hadirin, konsep Islam dalam membentuk generasi-generasi muslim yang berkeshalehan sosial, yaitu generasi yang menegakan hak dan kewajiban dengan Tuhannya, sesama manusia, dan ligkungannya, ia bukan hanya berilmu, tapi berani tampil menjadi mundzir, menjadi agent of social change, pelaku perubahan bagi kaumnya yang diwujudkan dengan produktifitas kerja.
Hal ini sejalan dan sejalin dengan himbauan Allah Swt. dalam surat al-Taubah [09]:105
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Hadirin, pada ayat tersebut terdapat kalimat  اعملوا , bekerjalah. Sedangkan kaidah ushul fiqih menegaskan :
 الاصل فى الأمر للوجوب 
Pada asalnya suatu perinyah menunjukan kewajiban.
Dengan demikian bekerja adalah kewajiban, apapun profesinya. اعملوا ما شئتم bekerjalah dengan baik sesuai skill, profesi dan keahlian  masing-masing. demikian menurut Imam Ali ash-Shabuni dalam Shofwat at-Tafasir.
Sampai-sampai dalam sebuah riwayat diceritakan pada zaman Khalifah Umar bin Khattab tatkala seorang pemuda duduk termenung, memohon, memelas, meminta limpahan rezeki kepada Allah tanpa bekerja, merah padam muka Umar bin Khattab seraya berkata:
يا شباب لايقعدنّ احدكم عن طلب الرزق وهو يقول اللهم ارزفنى وقدعلم ان السماء لاتمطر ذهب ولافضة
Wahai Pemuda tidak pantas kau duduk termenung berpangku tangan memohon rezeki kepada Allah tanpa bekerja dan berusaha padahal engkau tahu langit tak mungkin mencucurkan emas dan perak.
Sikap Umar bin Khattab ini, merupakan simbol bagi kita semua terutama para pemuda bahwa kita tidak hanya dituntut menguasai ilmu pengetahuan tapi harus memiliki etos kerja, disiplin kerja dan tanggung  jawab kerja dalam realitas sosial. Sebagimana Jhon F. Keneddy berkata: Don't ask what your country can do for you. But ask what you can do for your country, jangan bertanya apa yang telah negara berikan kepada mu, bertanyalah apa yang telah kamu berikan untuk negaramu. Oleh karena itu melalui momentum syarh al-Quran ini, kami menghimbau kepada para pemuda, mulai saat ini, hiasi masa muda dengan ilmu, warnai masa muda dengan iman, dan bingkai masa muda ini dengan berbagai aktifitas yang konstruktif.  Aktiflah di IRMA, karang taruna, maupun LPTQ yang kita cintai. Berikanlah karya terbaik buat diri, keluarga, bangsa dan negara.
Apabila sikap ini yang kita tumbuh kembangkan maka akan termasuk barisan generasi-generasi yang shaleh yang akan memperoleh balasan dari Allah berupa ampunan dan pahala yang melimpah ruah sebagimana dijanjikan dalam surat al-Maidah [05]: 9
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
Allah telah berjanji kepada orang yang beriman dan bera-mal kebaikan, bagi mereka ampunan dan pahala berlimpahan.

Hadirin wa alhadirat, insan muda yang berbahagia
Dengan berakhirnya lantunan kalam Ilahi tadi, uraian ini dapat kami simpulkan, bahwa generasi muda merupakan tulang punggung dalam mewujudkan keshalehan sosial di propinsi Jawa Barat.
Oleh karena itu, terutama kepada para sepuh dan pinisepuh bimbinglah kami generasi-generasi muda hari ini dengan ilmu, perkaya kami dengan iman serta percantik kami dengan produktifitas kerja, agar kami bisa menjadi penerus estapeta perjuangan ke depan.
والسلام عليكم ورمة الله وبركاته


0 komentar:

Posting Komentar