السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد
لله الذي جعل امر الامه فى ايد الشّباب والصلاة والسلام على رسول الله
وعلى اله وصحبه ذوي الخير والألقاب.( أمابعد)
Hadirin wal hadirat,
generasi muda harapan bangsa.
Tahun 1990 di Markas Besar PBB
diadakan Konferensi terbesar yang dihadiri oleh para pembesar se dunia,
termasuk Michael Gorbachev, Margharet Thatcher, George Bush dan pembesar dunia
lainnya. Agenda yang mereka bahas adalah dunia anak-anak.
Kenapa mereka membahas dunia
anak-anak? Bukankah industri, ekonomi, teknologi, senjata kimia dan masalah
besar lainnya harus dibahas? Jawabannya hadirin, industri, ekonomi,
teknologi, dan senjata kimia berbahaya
bila tidak diarahkan. Namun jauh lebih berbahaya bila anak-anak, remaja, dan
para pemuda tidak dibina, dididik, dan tidak diisi dengan nilai-nilai agama, sebab
young to day is leader tomorrow, pemuda hari ini adalah jago-jagonya
pemimpin di masa mendatang.
Makmur dan hancurnya suatu negara
ditentukan oleh para pemuda. Andai pemudanya shaleh, bangsa akan makmur. Andai
pemudanya salah bangsa akan hancur tersungkur. Oleh karena itu, Mendidik
Generasi Muda Berkesahalehan Sosial adalah topik syarh al-Qur'an yang akan
kami uraikan pada kesempatan ini, dengan landasan surat at-Taubah [09] : 122
ماكان المؤمنون لينقروا كافة فلو لا نفر من كل فرقة منهم
طائفة ليتفقّهوافى الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلّهم يحذرونن
Tidak
sepatutnya orang-orang mukmin itu persgi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.
Hadirin, insan muda yang kami hormati
Secara
historis-sosilogis, menurut riwayat Ibnu Abi Hatim ayat tersebut diturunkan
berkenaan dengan sebagian kaum mu’minin dari kalangan Arab Badawi tidak ikut berperang, tetapi lebih memilih mengajar kaumnya.
Berkatalah kaum munafik: “Celakalah kaum itu karena tidak turut berjihad
bersama rasulullah”. Pada saat itu
turunlah jawaban Allah sebagai legitimasi terhadap sikap Arab Badawi:
ليتفقّهوافى الدين اي ليعلموا ما انزل الله على نبيهم
Memperdalam tentang agama yakni agar sebagian di antara mereka tetap memperluas
ilmu dan memperdalam pengetahuan terntang segala hal, yang diturunkan Allah
kepada nabi-Nya. Demikian penafsiran Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Sedangkan tafaquh fi al-din secara filosofis adalah memperdalam semua
ilmu Allah, baik ilmu berbasis efistimologis-antroposentris maupun ilmu yang
berbasis efistemologis-theosentries. Sehingga kita tidak mempertentangna antara
kitab dengan buku, ustadz dengan guru, madrasah dengan sekolah, maupun ilmu
umum dengan ilmu agama. Semua ilmu dari Allah dan harus diorientasikan untuk mencapai ma'rifatulloh.
Dengan konsep ini hadirin, isklam berhasil mencetak ilmuan serta
filosuf muslim ternama. Kita kenal Muhammmad bin Musa al-Khuwarizmi, penemu
teori al-Jabar, tokoh ilmu pasti terbesar sedunia; kita kenal Albiruni,
sejarahwan terkemuka dalam khazanah belantika cendikia; kita kenal Ibnu Sina,
tokoh pilsafat dan ahli kedokteran termashur sedunia; dan masih banyak ilmuwan
serta filosof muslim lainnya yang dicatat dengan tinta emas sepanjang sejarah
peradaban manusia.
Namun sayang
seribu sayang, kejayaan islam tersebut kini nyaris tinggal kenangan, tinta emas
sudah berubah menjadi tinta kelam. Sebab umat Islam hari ini, merupakan umat
terbelakang dalam penguasaan ilmu dan jauh tertinggah oleh umat serta bangsa-bangsa
lain di dunia. Dampaknya
كاد الفقر ان يكون كفرا
Faqir ilmu
maupun faqir harta akan membawa manusia kepada kekufuran.
Muncul berbagai kejahatan, judi, remi, domino,
kasino, jisong, mahyong, gapleh, foutyone, kiu-kiu. Bahkan tidak mustahil
akibat himpitan ekonomi, gadis-gadis kita menjadi kupu-kupu malam. Na'udzubillahi min dzalik.
Ini terjadi karena rendahnya ilmu pengetahuan. Pantas sayidina 'Ali
Karromallohuwajhah dengan tegas berkata
حياة الفى والله بالعلم والتقى اذا لم يكن لاا عتبار لذاته
Demi Allah, eksisnya seorang pemuda adalah tergantung penguasaan ilmu
dan taqwanya, jika rapuh ilmu dan lemah taqwanya maka dianggap tiada.
Alhamdulillah hadirin, dalam rangka membumikan keshalehan sosial
di Jawa Barat ini, pemerintah kita sedang giat-giatnya meningkatkan dunia
pendidikan. Sehingga setiap tahun, kita mampu megeluarkan ribuan lulusan SLTP,
ribuan tamatan SLTA, bahkan ribuan jebolan perguruan tinggi.
Namun jujur kita akui, sebagian besar diantara mereka masih menyandang
status pengangguran. Padahal di penghujung ayat tadi Allah mengingatkan
لينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلّهم يحذرونن
Inilah
hadirin, konsep Islam dalam membentuk generasi-generasi muslim yang
berkeshalehan sosial, yaitu generasi yang menegakan hak dan kewajiban dengan Tuhannya,
sesama manusia, dan ligkungannya, ia bukan hanya berilmu, tapi berani tampil
menjadi mundzir, menjadi agent of social change, pelaku perubahan
bagi kaumnya yang diwujudkan dengan produktifitas kerja.
Hal ini sejalan dan sejalin dengan himbauan Allah Swt. dalam surat al-Taubah [09]:105
وَقُلِ
اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah: "Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.
Hadirin, pada ayat tersebut terdapat
kalimat اعملوا
, bekerjalah. Sedangkan kaidah ushul fiqih menegaskan :
الاصل فى الأمر
للوجوب
Pada
asalnya suatu perinyah menunjukan kewajiban.
Dengan
demikian bekerja adalah kewajiban, apapun profesinya. اعملوا
ما شئتم bekerjalah dengan baik sesuai skill, profesi
dan keahlian masing-masing. demikian
menurut Imam Ali ash-Shabuni dalam Shofwat
at-Tafasir.
Sampai-sampai dalam sebuah riwayat diceritakan
pada zaman Khalifah Umar bin Khattab tatkala seorang pemuda duduk termenung,
memohon, memelas, meminta limpahan rezeki kepada Allah tanpa bekerja, merah
padam muka Umar bin Khattab seraya berkata:
يا شباب لايقعدنّ احدكم عن طلب الرزق وهو يقول اللهم ارزفنى وقدعلم ان السماء لاتمطر ذهب ولافضة
Wahai Pemuda tidak pantas kau duduk
termenung berpangku tangan memohon rezeki kepada Allah tanpa bekerja dan
berusaha padahal engkau tahu langit tak mungkin mencucurkan emas dan perak.
Sikap
Umar bin Khattab ini, merupakan simbol bagi kita semua terutama para pemuda
bahwa kita tidak hanya dituntut menguasai ilmu pengetahuan tapi harus memiliki
etos kerja, disiplin kerja dan tanggung
jawab kerja dalam realitas sosial. Sebagimana Jhon F. Keneddy berkata: Don't
ask what your country can do for you. But ask what you can do for your country,
jangan bertanya apa yang telah negara berikan kepada mu, bertanyalah apa
yang telah kamu berikan untuk negaramu. Oleh karena itu melalui momentum syarh
al-Quran ini, kami menghimbau kepada para pemuda, mulai saat ini, hiasi masa
muda dengan ilmu, warnai masa muda dengan iman, dan bingkai masa muda ini
dengan berbagai aktifitas yang konstruktif. Aktiflah di IRMA, karang taruna, maupun LPTQ
yang kita cintai. Berikanlah karya terbaik buat diri, keluarga, bangsa dan negara.
Apabila
sikap ini yang kita tumbuh kembangkan maka akan termasuk barisan
generasi-generasi yang shaleh yang akan memperoleh balasan dari Allah berupa
ampunan dan pahala yang melimpah ruah sebagimana dijanjikan dalam surat al-Maidah [05]: 9
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ
عَظِيمٌ
Allah telah berjanji kepada orang yang
beriman dan bera-mal kebaikan, bagi mereka ampunan dan pahala berlimpahan.
Hadirin wa alhadirat, insan muda yang
berbahagia
Dengan berakhirnya lantunan kalam Ilahi tadi,
uraian ini dapat kami simpulkan, bahwa generasi muda merupakan tulang punggung
dalam mewujudkan keshalehan sosial di propinsi Jawa Barat.
Oleh karena itu, terutama kepada para
sepuh dan pinisepuh bimbinglah kami generasi-generasi muda hari ini dengan
ilmu, perkaya kami dengan iman serta percantik kami dengan produktifitas kerja,
agar kami bisa menjadi penerus estapeta perjuangan ke depan.
والسلام
عليكم ورمة الله وبركاته
0 komentar:
Posting Komentar