Pages

Kamis, 21 November 2013

Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Rahmat Pilar Ketentraman Hidup




السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمد الله الذى خلق الانسا ن الزوجين،  الصلاة والسلام على السيد الاطرفين،  وعلى اله واصحابه الذين هم سعداء في الدرين (اما بعد)
Hadirin yang kami banggakan
Prof. Dr. Qurish Sihab, seorang doktor ilmu-ilmu al-Qur'an. Pemegang penghargaan tingkat pertamaالممتاز من مرتبة الاشرف الاولى  mengatakan: ”Keluarga, merupakan unit terkecil dari jiwa masyarakat dan tulang punggung suatu negara”.
Esensinya, baldah tahyibah landasannya masyarakat marhamah, masyarakat marhamah pondasinya keluarga sakinah. Buruknya keluarga merupakan racun pelumpuh hancurnya suatu Negara.
االا سرة عماد البلاد بها تحي وبها تموت
Keluarga adalah tiang suatu negara, dan dengan keluargalah tegak runtuhnya suatu negara.
Kita lihat sejarah, Kesatuan Pemerintahan Inggris, goyah, akibat serongnya Pangeran Charles, dan selingkunya puteri Lady Day, dengan milliarder Mesir  bernama Dody al-Fayed. Perekonomian Rumania hancur, ketika hancurnya keluarga Presiden Nicola Sujesco, akibat keserakahan Istrinya Elena Sujesco, menimbun harta rakyat di bawah tanah. Kesatuan Iran Hancur, ketika hancurnya keluarga Presiden Reza Pahlevi, akibat kebejatan moral anak-anaknya.
Ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa keluarga sakinah sebagai pilar masyarakat dan bangsa. Lalu bagaimanakah potret keluarga sakinah dalam perspektif Al-Quran?  Sebagaijawabannya, Keluarga Sakinah, Mawadah, dan Rahmat Pilar Ketentraman Hidup adalah topik syarh al-Qur'an yang akan kami uraikan pada kesempatan kali ini. Dengan landasan firman Allah dalam surat al- Rum [30] : 21
ومن ايته عن خلق لكم من انفسكم ازواجا لتسكنوا اليها وجعل بينكم مودة ورحمة ان فى ذ لك لايت لقوم يتفكرون

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran-)Nya,  ialah Bahwa Ia menciptakan  isteri-isteri Bagimu  dari jenis kamu sendiri, Supaya kamu dapat hidup tenang  bersama mereka, Dan diadakan-Nya cinta dan kasih sayang antara kamu. Sungguh yang demikian itu, ada bukti-bukti bagi orang yang mengetahui.

Hadirin yang kami hormati
Ayat ini, merupakan abstarksi Allah tentang keluarga sakinah, yang diisyaratkan pada kalimat: لتسكنوا (litaskunu), yang secara semantik, mengandung "huruf lam lilghoyah" yang bermakna tujuan. Bahwa diantara tujuan ikatan pernikahan adalah membangun rumah tangga. Sedangkan rumah dalam bahasa  al-Qur'an adalah sakanun, atau maskanun, yang jamaknya masakin yang berarti tenang.  Dengan demikian, rumah tangga harus sanggup menciptakan ketenangan bagi kedua pihak, baik bagi isteri maupun suami. Betul?
Sedangkan menurut Ibn Mandzur  dalam Lisan al-'Arab, makna sakinah sedikitnya mengandung dua makna. Pertama, bermakna al-maskan yang memiliki arti tempat menetap.  Kedua, sakinah bermakna al-Sikin, yang berarti pisau tajam sebagi alat mengiris atau memotong.  Maksudnya, sebuah keluarga selain harus mampu menciptakan ketenangan, juga berfungsi sebagai pisau analisis dan pemecah masalah kehidupan.
        Dengan kata lain, ketika suami dan isteri memiliki mawaddah wa al-Rahmah, akan mudah membentuk keluarga sakinah, dengan pigur suami berakhlak al-Karimah, bersandingkan isteri nan shalihah, yang pandai berbenah, jika dipandang oleh suami wajahnya ramah, senyumnya merekah, membuat suami walau dalam keadaan susah, resah dan gelisah, tapi tetap betah di rumah, karena ada senyum indah si mamah.. Amin ya Rabbal'alamin.
Namun sayang seribu sayang hadirin, seiring dengan masuk, menusuk dan merasuknya faham-faham materialisme, pragmatisme, dan hedonisme ke dalam jantung kehidupan berumah tangga.  Telah merubah arah rumah tangga menjadi: A mere overnight parking place, mainly for sex relationships, hanya sebagai tempat persinggahan di malam hari, terutama untuk melangsungkan hubungan sex. Demikian, ungkapan Pitirin Sorokin, seorang sosiolog ternama.
Sehingga sederetan kasus rumah tangga yang terungkap, telah mencerminkan kehancuran moral yang berangkat dari kesenjangan keluarga. Ada anak yang membunuh kedua orang tuanya sendiri, ada ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri, ada ibu kandung yang menjual anak gadisnya ke mucikari, bahkan berdasarkan penelitian, di kota-kota besar, kalau ada tiga orang pria maka dua orang di antaranya pernah  nyeleweng. Mudah-mudahan yang hadir disini termasuk satu orang pria yang tidak menyeleweng. Amin.
Bukan itu saja, yang lebih mengkhawatirkan muncul keluarga-keluarga liberal dan sekuler yang bebas dari norma dan aturan agama. Ayah pergi kerja, ibu pergi ke arisan, anak-anak bebas keluyuran. Ke diskotique, ke bioskop atau ugal-ugalan di jalan.
Kita lihat fakta, Alfredo Timotti, seorang Mafia Kelas Kakap Dunia, Jhonson “The Lion Boy”, seorang La Cosa Nostra atau Premannya  Amerika, serta Kazuo Nomigaki, seorang Yakuza atau premannya Jepang, yang telah membuat berbagai keonaran dunia: menjadi pembajak pesawat, menjadi gembong narkoba, menjual-belikan wanita tuna susila, dan berbagai kejahatan lainnya, mereka adalah anak-anak muda yang jadi korban hilangnya fungsi keluarga, yang seharusnya mampu menebarkan pesona kasih dan sayang terhadap anak-anaknya.
Inilah potert buram hancurnya ketentraman hidup bermasyarakat,  akibat kondisi keluarga yang tidak sakinah.
Timbul pertanyaan, bagaimanakah solusi dasar membangun keluarga sakinah menurut al-Qur'an? Sebagai Jawabannya kita renungkan lantunan kalam Ilahi dalam surat At-Tahrim [66] : 6

يايهاالذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارا وقودهاالناس والحجارة عليهاملئكة غلاظ شداد لايعصون الله ما امرهم ويفعلون مايؤمرون

Hai orang yang  beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, Yang bahan bakarnya ialah manusia dan abtu-batu, Dijaga para Malaikat  yang keras dan dahsyat, Yang tiada durhaka melakukan perintah yang diberikan Allah kepadanya, Dan melakukan apa yang diperintahkan

Bapak, ibu, hadirin wa al-Hadirat yang kami hormati            Firman Allah, pada ayat ini merupakan landasan metodis bagi insan-insan beriman dalam mewujudkan keluarga sakinah, yang diisyaratkan dengan redaksi kalimat amar atau perintah yang terangkai pada kalimat: 
          قوا انفسكم واهليكم اى احفظوا انفسكم وصنوا ازواجكم واولادكم من نار حامية
Peliharalah dirimu dan keluargamu, yakni   jagalah dirimu dan psanganmu, serta anak-anak mu dari kobaran api neraka. Demikian penafsiran Imam Ali Ashabuni, dalam Shofwat al-Tafaasir.
Oleh karena itu, dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah yang akan mendukung terbentuknya baldah thayibah. Kita harus melakukan dua hal. Pertama, “quu anfusakum. melakukan internalisasi nilai-nilai Ilahi pada tingkat pribadi, dalam bentuk tazkitat al-Nafsi, muraqabat al-Nafsi dan jihad al-Nafsi.
 Kedua, membina keluarga. Berkaitan dengan hal ini sayidina Umar ibn Khattab, bertanya kepada baginda Rasulullah s.a.w.:
يا رسول الله ! نقى انفسنا وكيف باهلنا
Ya Rasul, kami telah menjaga diri kami masing-masing, bagaimana menjaga keluarga kami?
Rasulullah menjawab: kamu larang mereka dari hal-hal yang dilarang Allah kepadamu, dan kamu perintah mereka terhadap hal-hal yang diperintahkan Allah kepadamu. Dalam hadits lain, rasulullah bersabda:
أدبوا اولادكم على ثلاثة خصال حب نبيكم وحب قرأة القران وحب أهل بيتكم
Didiklah anak-anak kalian dalam tiga hal: cinta kepada nabi kalian, cinta membaca al-quran dan cinta kepada kelarga kalian.
Oleh karena itu, dalam mewujudkan keluarga sakinah, melalui momentum syarh al-Qur’an ini kami menghimbau kepada Bapak-Ibu sekalian, tanamkanlah nilai-nilai agama kepada anak-anak kita sejak dini, masukan ke TKA/TPA, bimbing ke pesantren dan aktivkan di LPTQ masing-masing! (setuju?) kelak ia dewasa, kami yakin ia akan menjadi orang hebat, pemimpin umat, pengayom masyarakat, penegak syari’at, dan kelak masuk sorga bertabur nikmat. Amin ya Rabbal’alamin
Apabila kewajiban bersama telah di tunaikan serta dirasakan oleh suami dan isteri, dan anak-anaknya dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sakinah  bukan lagi impian melainkan akan menjadi kenyataan. Mereka akan tetap bersama, bukan hanya di dunia tapi sampai di sorga, inilah janji   Allah yang terukir indah dalam mozaik al-Qur'an surat At Thur [52] : 21
والذين امنوا واتبعتهم ذريتهم بايمان الحقنابهم ذريتهم وماالتناهم من عملهم من شيء كل امرىء بماكسب رهين
Dan orang-orang yang beriman, Keturunannya mengiklutinya dalam keimanan. Kami satukan keturunannya dengan mereka,  dengan mereka, Tiada kami kurangi amalnya sedikit pun juga. Setiap menjadi penanggung bagi apa yang dilakukannya.

Hadirin rahimakumulloh
Ayat ini memberikan gambaran yang jelas kepada kita tentang suatu keluarga yang dihiasi dengan nilai-nilai keimanan. Bukan saja di dunia mereka akan bahagia, lebih-lebih di akherat mereka akan berkumpul di bawah naungan ridha Allah SWT. Hal ini dijelaskan pula dalam UU No.10 Th .1993 bahwa pembangunan keluarga sejahtera didasarkan perkawinan yang sah, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak, selaras, serasi dan seimbang antara anggota, antara keluarga, masyarakat dan lingkungannya.

Hadirin yang berbahgia
Akhirnya, uraian ini dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah pilar ketentraman masyarakat. Sedangkan dalam upaya membangun keluarga sakinah, selain memperkuat anugerah Allah berupa mawaddah dan rahmah, juga kedua pasangan suami dan isteri harus diikat dengan akad nikah yang syah sesuai aturan Allah.
Untuk itu, marilah kita abadikan cinta dan kasih sayang kepada pasangan hidup kita, terutama kehidupan berkeluarga dengan memperkuat penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama. Semoga  Allah memeberikan kekuatan lahir dan bathin dalam mewujudkannya.. Amin.

والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته


0 komentar:

Posting Komentar