السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمد
الله الذى خلق الانسا ن الزوجين، الصلاة
والسلام على السيد الاطرفين، وعلى اله
واصحابه الذين هم سعداء في الدرين (اما بعد)
Hadirin yang kami banggakan
Prof. Dr. Qurish Sihab,
seorang doktor ilmu-ilmu al-Qur'an. Pemegang penghargaan tingkat pertamaالممتاز
من مرتبة الاشرف الاولى mengatakan: ”Keluarga, merupakan
unit terkecil dari jiwa masyarakat dan tulang punggung suatu negara”.
Esensinya, baldah
tahyibah landasannya masyarakat marhamah, masyarakat marhamah pondasinya
keluarga sakinah. Buruknya keluarga merupakan racun pelumpuh hancurnya
suatu Negara.
االا سرة عماد البلاد بها
تحي وبها تموت
Keluarga
adalah tiang suatu negara, dan dengan keluargalah tegak runtuhnya suatu negara.
Kita lihat sejarah, Kesatuan
Pemerintahan Inggris, goyah, akibat serongnya Pangeran Charles, dan selingkunya
puteri Lady Day, dengan milliarder Mesir
bernama Dody al-Fayed. Perekonomian Rumania hancur, ketika
hancurnya keluarga Presiden Nicola Sujesco, akibat keserakahan Istrinya Elena
Sujesco, menimbun harta rakyat di bawah tanah. Kesatuan Iran Hancur, ketika
hancurnya keluarga Presiden Reza Pahlevi, akibat kebejatan moral anak-anaknya.
Ini adalah fakta yang
tak terbantahkan bahwa keluarga sakinah sebagai pilar masyarakat dan bangsa.
Lalu bagaimanakah potret keluarga sakinah dalam perspektif Al-Quran? Sebagaijawabannya, Keluarga Sakinah,
Mawadah, dan Rahmat Pilar Ketentraman Hidup adalah topik syarh al-Qur'an yang
akan kami uraikan pada kesempatan kali ini. Dengan landasan firman Allah dalam surat al- Rum [30] : 21
ومن
ايته عن خلق لكم من انفسكم ازواجا لتسكنوا اليها وجعل بينكم مودة ورحمة ان فى ذ لك
لايت لقوم يتفكرون
Dan di
antara tanda-tanda (kebesaran-)Nya,
ialah Bahwa Ia menciptakan
isteri-isteri Bagimu dari jenis
kamu sendiri, Supaya kamu dapat hidup tenang
bersama mereka, Dan diadakan-Nya cinta dan kasih sayang antara kamu.
Sungguh yang demikian itu, ada bukti-bukti bagi orang yang mengetahui.
Hadirin yang kami hormati
Ayat ini, merupakan
abstarksi Allah tentang keluarga sakinah, yang diisyaratkan pada kalimat:
لتسكنوا (litaskunu), yang secara semantik, mengandung "huruf
lam lilghoyah" yang bermakna tujuan. Bahwa diantara tujuan ikatan
pernikahan adalah membangun rumah tangga. Sedangkan rumah dalam bahasa al-Qur'an adalah sakanun, atau maskanun,
yang jamaknya masakin yang berarti tenang. Dengan demikian, rumah tangga harus sanggup
menciptakan ketenangan bagi kedua pihak, baik bagi isteri maupun suami. Betul?
Sedangkan menurut Ibn
Mandzur dalam Lisan al-'Arab, makna
sakinah sedikitnya mengandung dua makna. Pertama, bermakna
al-maskan yang memiliki arti tempat menetap. Kedua, sakinah bermakna al-Sikin,
yang berarti pisau tajam sebagi alat mengiris atau memotong. Maksudnya, sebuah keluarga selain harus mampu
menciptakan ketenangan, juga berfungsi sebagai pisau analisis dan pemecah
masalah kehidupan.
Dengan
kata lain, ketika suami dan isteri memiliki mawaddah wa al-Rahmah, akan mudah
membentuk keluarga sakinah, dengan pigur suami berakhlak al-Karimah, bersandingkan isteri nan shalihah, yang pandai
berbenah, jika dipandang oleh suami wajahnya ramah, senyumnya merekah, membuat
suami walau dalam keadaan susah, resah dan gelisah, tapi tetap betah di rumah,
karena ada senyum indah si mamah.. Amin ya Rabbal'alamin.
Namun sayang seribu
sayang hadirin, seiring dengan masuk, menusuk dan merasuknya faham-faham materialisme,
pragmatisme, dan hedonisme ke dalam jantung kehidupan berumah tangga.
Telah merubah arah rumah tangga menjadi:
A mere overnight parking place, mainly
for sex relationships, hanya sebagai tempat persinggahan di malam hari,
terutama untuk melangsungkan hubungan sex. Demikian, ungkapan Pitirin Sorokin,
seorang sosiolog ternama.
Sehingga sederetan kasus
rumah tangga yang terungkap, telah mencerminkan kehancuran moral yang berangkat
dari kesenjangan keluarga. Ada anak yang membunuh kedua orang tuanya sendiri,
ada ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri, ada ibu kandung yang menjual
anak gadisnya ke mucikari, bahkan berdasarkan penelitian, di kota-kota besar,
kalau ada tiga orang pria maka dua orang di antaranya pernah nyeleweng. Mudah-mudahan yang hadir disini
termasuk satu orang pria yang tidak menyeleweng. Amin.
Bukan itu saja, yang
lebih mengkhawatirkan muncul keluarga-keluarga liberal dan sekuler yang bebas
dari norma dan aturan agama. Ayah pergi kerja, ibu pergi ke arisan, anak-anak
bebas keluyuran. Ke diskotique, ke bioskop atau ugal-ugalan di jalan.
Kita lihat fakta,
Alfredo Timotti, seorang Mafia Kelas Kakap Dunia, Jhonson “The Lion Boy”,
seorang La Cosa Nostra atau Premannya
Amerika, serta Kazuo Nomigaki, seorang Yakuza atau premannya Jepang,
yang telah membuat berbagai keonaran dunia: menjadi pembajak pesawat, menjadi
gembong narkoba, menjual-belikan wanita tuna susila, dan berbagai kejahatan
lainnya, mereka adalah anak-anak muda yang jadi korban hilangnya fungsi
keluarga, yang seharusnya mampu menebarkan pesona kasih dan sayang terhadap
anak-anaknya.
Inilah potert buram hancurnya ketentraman
hidup bermasyarakat, akibat kondisi
keluarga yang tidak sakinah.
Timbul pertanyaan, bagaimanakah
solusi dasar membangun keluarga sakinah menurut al-Qur'an? Sebagai Jawabannya kita
renungkan lantunan kalam Ilahi dalam surat
At-Tahrim [66] : 6
يايهاالذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارا وقودهاالناس والحجارة عليهاملئكة غلاظ شداد لايعصون الله ما امرهم ويفعلون مايؤمرون
Hai orang
yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka, Yang bahan bakarnya ialah manusia dan abtu-batu,
Dijaga para Malaikat yang keras dan
dahsyat, Yang tiada durhaka melakukan perintah yang diberikan Allah kepadanya,
Dan melakukan apa yang diperintahkan
Bapak, ibu, hadirin wa
al-Hadirat yang kami hormati Firman Allah, pada ayat ini merupakan landasan metodis bagi
insan-insan beriman dalam mewujudkan keluarga sakinah, yang diisyaratkan dengan
redaksi kalimat amar atau perintah yang terangkai pada kalimat:
قوا انفسكم واهليكم اى احفظوا انفسكم وصنوا ازواجكم واولادكم من نار
حامية
Peliharalah dirimu
dan keluargamu, yakni jagalah dirimu dan psanganmu, serta anak-anak
mu dari kobaran api neraka.
Demikian penafsiran Imam Ali Ashabuni, dalam Shofwat al-Tafaasir.
Oleh karena itu, dalam
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah yang akan mendukung
terbentuknya baldah thayibah. Kita harus melakukan dua hal. Pertama, “quu anfusakum. melakukan internalisasi
nilai-nilai Ilahi pada tingkat pribadi, dalam bentuk tazkitat al-Nafsi,
muraqabat al-Nafsi dan jihad al-Nafsi.
Kedua, membina keluarga.
Berkaitan dengan hal ini sayidina Umar ibn Khattab, bertanya kepada baginda
Rasulullah s.a.w.:
يا
رسول الله ! نقى
انفسنا وكيف باهلنا
Ya Rasul, kami telah
menjaga diri kami masing-masing, bagaimana menjaga keluarga kami?
Rasulullah menjawab:
kamu larang mereka dari hal-hal yang dilarang Allah kepadamu, dan kamu perintah
mereka terhadap hal-hal yang diperintahkan Allah kepadamu. Dalam hadits lain,
rasulullah bersabda:
أدبوا
اولادكم على ثلاثة خصال حب نبيكم وحب قرأة القران وحب أهل بيتكم
Didiklah anak-anak kalian dalam tiga hal: cinta kepada nabi
kalian, cinta membaca al-quran dan cinta kepada kelarga kalian.
Oleh karena itu, dalam
mewujudkan keluarga sakinah, melalui momentum
syarh al-Qur’an ini kami menghimbau
kepada Bapak-Ibu sekalian, tanamkanlah nilai-nilai
agama kepada anak-anak kita sejak dini, masukan ke TKA/TPA, bimbing ke
pesantren dan aktivkan di LPTQ masing-masing! (setuju?) kelak ia dewasa, kami
yakin ia akan menjadi orang hebat, pemimpin umat, pengayom masyarakat, penegak
syari’at, dan kelak masuk sorga bertabur nikmat. Amin ya Rabbal’alamin
Apabila kewajiban
bersama telah di tunaikan serta dirasakan oleh suami dan isteri, dan
anak-anaknya dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sakinah bukan lagi impian melainkan akan menjadi
kenyataan. Mereka akan tetap bersama, bukan hanya di dunia tapi sampai di
sorga, inilah janji Allah yang terukir indah dalam mozaik
al-Qur'an surat
At Thur [52] : 21
والذين امنوا واتبعتهم ذريتهم بايمان الحقنابهم ذريتهم وماالتناهم من عملهم من شيء كل امرىء بماكسب رهين
Dan
orang-orang yang beriman, Keturunannya mengiklutinya dalam keimanan. Kami
satukan keturunannya dengan mereka,
dengan mereka, Tiada kami kurangi amalnya sedikit pun juga. Setiap
menjadi penanggung bagi apa yang dilakukannya.
Hadirin
rahimakumulloh
Ayat
ini memberikan gambaran yang jelas kepada kita tentang suatu keluarga yang
dihiasi dengan nilai-nilai keimanan. Bukan saja di dunia mereka akan bahagia,
lebih-lebih di akherat mereka akan berkumpul di bawah naungan ridha Allah SWT.
Hal ini dijelaskan pula dalam UU No.10 Th .1993 bahwa pembangunan keluarga
sejahtera didasarkan perkawinan yang sah, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak, selaras, serasi dan seimbang antara
anggota, antara keluarga, masyarakat dan lingkungannya.
Hadirin yang berbahgia
Akhirnya, uraian ini
dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah pilar ketentraman
masyarakat. Sedangkan dalam upaya membangun keluarga sakinah, selain memperkuat
anugerah Allah berupa mawaddah dan rahmah, juga kedua pasangan suami dan isteri
harus diikat dengan akad nikah yang syah sesuai aturan Allah.
Untuk itu, marilah kita abadikan
cinta dan kasih sayang kepada pasangan hidup kita, terutama kehidupan
berkeluarga dengan memperkuat penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama.
Semoga Allah memeberikan kekuatan lahir
dan bathin dalam mewujudkannya.. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar