Pages

Kamis, 21 November 2013

Etika Penggunaan Media Cetak dan Elektronika




السلام عليكم ورحمة الله وبر كاته
الحمدلله القائل: ان جاءكم فاسق بنباء فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهلة،  الصلاة والسلام على مركز الدائرة النبوة، وعلى اله واصحا به ومن تبع هداه  (اما بعد)

 

Hadirin yang kami hormati

Era Gelobalisasi ini merupakan “The Big Bank of  Information“, era menjamurnya berbagai media komunikasi dan informasi. Konsekuensinya pada satu sisi melahirkan nilai-nilai positif (nilai- nilai plus). Namun di sisi lain, over loading informasi melahirkan desease of adaftation, penerimaan terhadap unsur- unsur asing tanpa mempertimbangkan baik ataupun buruknya. Ketika orang barat judi masyarakat kita terlena dengan gapleh dan remi. Ketika orang barat terlena dengan minum-minuman keras masyarakat kita terjerumus ke dalam budaya mabuk-mabukan, tenggak Wisky, Brandy, Sampagne, Bluogne, Martine, Vodka, AO, Mensen, KTI, Bir, bahkan yang paling besar dan mendasar penyakit adaptasi ini telah menjerumuskan umat  manusia menuju virtual reality  (realitas  khayalan), akibatnya muncul berbagai krisis, mulai krisis figur, krisis spiritualitas, krisis kepemimpinan, bahkan terjadi krisis identitas manusia.
Ini  hadirin, sebagian kecil kenyataan yang kita hadapi, akibat penggunan media media cetak dan elektronik yang tidak etik. Oleh karena itu, Etika Penggunaan Media Cetak dan Elektronik adalah tema syarhil yang akan kami uraikan pada kesempatan ini. Dengan landasan firman Allah yang terukir indah dalam  mozaik  al-Qur’an surah al-Hujarat [49] : 6
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang  fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Hadirin dan hadirot yang kami hormati
                Menurut Ilmu Ma’ani, ayat tersebut merupakan jumlah insyaiyah,  maksudnya mengandung suatu intruksi. Sedangkan sababunnuzul ayat tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Attabrani yang bersumber dari Jabir bin Abdillah, Alaqomah bin Najla dan Ummu Salamah, berkenaan dengan kebohongan yang disampaikan Alwalid bin Utbah kepada Rasulullah Saw., ketika Rasulullah hampir terprovokasi melakukan tindakan destruksi maka turun teguran:
ان جاءكم فاسق بنباء فتبينوا
        Jika datang seorang fasik membawa berita kepadamu maka bertabayunlah!. Tabayun, menurut Imam Ali Assobuni dalam Sofwat at-Tafasir, maksudnya                                                                 فنثبتوا من صحة الخبر  , sedangkan dalam ilmu komunikasi, tabayun adalah melakukan ”investigasi reporty”,  melakukan chek and richek atau memilah dan memilih terhadap setiap informasi yang kita terima.
            Dengan kata lain,  ayat  tersebut mengisyaratkan kepada saya, saudara dan kita semua,  agar di era globalisasi informasi dan di era informasi global ini,  kita melakukan filterisasi terhadap setiap tayangan yang masuk, menusuk dan merasuk ke rumah kita masing-masing, betul ? 
Hidup jangan ibarat pucuk bambu, kemana angin berhembus kesana ia mengarah. Angin ke timur ikut ke timur,  angin  ke  barat  ikut  ke  barat. Orang barat merayakan valentine, ikut merayakan valentine. Orang barat mengkonsumsi narkoba ikut mabuk-mabukan. Orang barat gaul bebas ikut kumpul kebo, free seks, samenlaven. Orang barat main judi, eeeh… ikut main gapleh, remi, domino, kasino, jisong, mahyong, forty-one, kiu-kiu. Nauzubillah Min Dzalik. 
                Namun sikap kita hadirin harus laksana ikan hidup di laut, airnya asin tapi ikan tidak terbawa asin. Artinya tidak mudah tergusur dan tergeser oleh  tayangan-tayangan barat. Tuntunan tetap jadi tuntunan, tontonan tetap jadi tontonan. Sebagaimana surah Ali-Imran [3] : 196-197, Allah mengingatkan kita semua:
لا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبلادِ، مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Janganlah sekali-kali kau tertipu oleh kegiatan orang kafir di dalam negeri (196) (Itu hanyalah) kesenangan sementara, Kemudian kediamannya neraka jahanam. Seburuk-buruknya tempat baringan.

Hadirin rahimakumullah
Itulah peringatan Allah agar kita selalu selektif dalam berbagai hal. Kita perhatikan! Pada ayat tersebut terdapat kalimat, لايغرنك, janganlah kau sekali-kali tertipu. Secara tekstual menurut  Imam ‘Ali Ashabuni  dalam Shafwatut Tafasir:
اى لايخدعك ايهاالسامع تنقل الذين كـفروا فىالبلاد  طلبا لكسب الا موال والجاه والرتب
Janganlah  kamu  tertipu  wahai  pendengar   sekalian  oleh kebebasan orang-oarang kafir di alam buana ini , dalam rangka mencari kekayaan, pangkat dan jabatan.
Sedangkan secara kontektual, kita jangan tertipu oleh kebebasan orang-orang kafir dalam segala urusan  termasuk masalah  politik, sosial, budaya dan aspek-aspek  kehidupan lainnya. Sebab menurut Rasulullah
اذا عظمت امتى الدنيا نزعت منها هيبة الاسلام
Apabila umatku telah terlalu mengagungkan (tertipu) oleh masalah keduniaan maka akan dicabut darinya kehebatan Islam. (HR.Turmudzi).
Hadirin, sebab kalau iman tidak melekat, taqwa tidak jadi ajimat penyelamat, niscaya akan terlena oleh pelukan maksiat, terpedaya oleh nafsu syahwat, maka Allah akan mengadzab  dan melaknat,  di dunia dan akhirat.
Sebagai contoh, ketika Allah haramkan khamar tapi manusia terlena dengan budaya mabuk-mabukan ala barat, maka muncul penyakit psycotropic subtance, satu penyakit yang bisa merusak jiwa dan mental manusia. Ketika Allah haramkan zina tapi manusia malah gaul bebas ala Hollywood, maka muncul penyakit AIDS, satu penyakit yang bisa mematikan manusia secara perlahan dan mengerikan.  Bahkan Rasul bersabda:
اذا ظهرالزنى والربى فى قرية فقد احلوا لانفسهم عذاب الله
            Jika Perbuatan Zina dan Riba telah bebas pada suatu negara, maka seolah-olah telah menghalalkan bagi diri dan bangsanya diturunkan adzab Allah Swt.
           Oleh karena itu, Di kala gempa tiba, banjir mampir, angin puting beliung bergabung, Tsunami menjadi-jadi bahkan baru-baru ini longsor terus nyosor, menelan korban ratusan orang  masyarakat kita. Sebagai orang beriman, kita yakin ini disebabkan karena bangsa kita masih dililit kemunkaran, kemaksiatan, dan kebobrokan akhlak bangsa lainnya yang timbul akibat tayangan media elektronik yang tidak etik.  Padahal  Syauki dalam gubahan syairnya mengatakan :
انما لآمم لخلاق مآبقيت فان هموا ذهبت اخلاقهم ذهبوا
            Sesungguhnya Bangsa-bangsa akan jaya, Bangsa- bangsa akan maju  jika ditopang dengan aklakul karimah. Tapi suatu  bangsa  bisa hancur tersungkur, rusak binasa jika tidak ditopang dengan akhlakul yang mulia.
                Oleh karena itu, dalam menghadapi era globalisasi  informasi dan komunikasi ini kita bukan hanya dituntut mencetak orang-orang pintar,  teknokrat-teknokrat brilian,  politikus  cerdas  tapi kita pun dituntut untuk mencetak orang-orang bener, pribadi-pribadi sholeh serta individu-individu berbudi luhur serta berakhlakul karimah. Bagaimana caranya? Sebagai jawabannya, tanamkan agama, tancapkan aqidah, ukir kecintaan kepada Allah dan rasulnya sejak dini,  masukan anak-anak kita ke TK/TPA, bimbing ke pesantren, aktifkan di majlis-majlis ta’lim. Kelak ia dewasa Insyaallah anak kita pandai memilah dan memilih antara hak dan yang bathil. Jaman boleh berubah tapi aqidah tidak goyah , sepatu boleh jenggel tapi aqidah tetap tebel.  Amin Ya Rabbal’alamin.
                Inilah yang dipertegas oleh Rasulullah dalam sabdanya:
ادبوا أولادكم بثلاث خصال: حب نبيّكم حب قرأةالقرآن وحب لأهل بيته      
   Tanamkan sejak dini, kepada anak-anak kita: Cinta kepada Rasulullah, cinta kepada al-Qur’an dan cinta kepada ahli keluarganya.
     Apabila sikap ini yang kita wujudkan, maka menjamin keberkahan bagi bangsa kita. Sebagaiamana terangkai dalam al-Qur’an, surah: al-A’raf [7]: 96
 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekiranya  penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, tentulah kami bukakan baginya (pintu) rahmat dari langit dan bumi tapi mereka mendustakan (kebenaran), lalu kami azab mereka karena perbuatannya

Hadirin dan hadirot yang kami hormati.
            Dengan berakhirnya firman Allah tersebut, uraian ini dapat disimpulkan, bahwa untuk pengguna dan penerima media komunikasi baik elektronik maupun media cetak kita harus tabayun terhadap setiap informasi yang kita terima dan yang kita tayangkan, kita harus berpegang teguh terhadap tali agama Allah  dan sunnah rasulallah dan kita harus konsisten mempertahankan tali agama Allah walau sampai tetes darah penghabisan.  Semoga Allah Swt memberikan keteguhan iman dan taqwa bagi kita semua. Amin.
والسلام عليكم ورحمة الله وبر كاته

1 komentar: